“Saya bukan korban, bahkan keluarga saya tidak ada yang menjadi korban. Ini bentuk rasa simpati saya dan rasa kemanusiaan saya saja.” terang Midun.
Miftahudin Ramli atau kerap disapa Pak Midun—dengan semangat yang tak pernah padam, memperingati Tragedi Kanjuruhan dengan cara yang tak biasa. Ia mengayuh sepeda dari Malang, Jawa Timur, melintasi berbagai kota dan desa, hingga berencana tiba di Monumen Pancasila Sakti di Lubang Buaya, Jakarta. Ini bukan sebuah perjalanan awal baginya, sebelumnya ia sudah pernah dengan rute yang sama, berakhir kembali ke Jakarta. Perjalanannya ini bukan sekadar mengayuh, melainkan sebuah ziarah yang penuh akan makna–mengenang peristiwa yang menggugah hati banyak orang.
Ia pun memulai perjalanannya pada Jumat sore (20/9). Dinginnya udara Kota Yogyakarta imbas hujan yang tak kunjung usai pun tak memudarkan semangatnya. Ia sampai di Kota Yogyakarta pada Senin malam (23/9), selayaknya raganya, ia pun tiba dengan sepedanya. Midun menargetkan perjalanannya akan berakhir di Monumen Pancasila pada 1 Oktober 2024, hal ini ia lakukan sekaligus untuk memperingatkan Hari Kesaktian Pancasila.
Midun, menghiasi sepedanya dengan menggandengkan replika keranda jenazah. Keranda itu pun bertuliskan “Justice for Kanjuruhan”, di sisi lain tertulis “Ladub Berkendara Mencari Kesaktian Pancasila”. Serta di belakangnya bertuliskan angka “135” dengan terpampang jelas, melambangkan korban yang berjatuhan pada Tragedi Kanjuruhan 1 Oktober 2022 silam. Bagi Midun, keadilan para korban belum sepenuhnya terwujud, hal inilah yang mendorongnya untuk melakukan perjalanan mengayuh sepeda sejauh ini. Dengan setiap kayuhannya, ia membawa harapan dan doa, menuntut keadilan yang belum tuntas.
“Terlepas dari Kanjuruhan, Pak Midun ini juga salah satu orang yang sangat peduli akan sepak bola,” ujar Niko, selaku Sekretaris Jenderal (Sekjen) Suporter Perserikatan Sepak Bola Indonesia Mataram (PSIM). Ia juga menekankan bahwa Midun adalah sosok yang memiliki niat tulus. Midun pun melanjutkan perjalanannya, setelah berfoto bersama di depan Stadion Mandala Krida, ia harus menempuh perjalanan lanjutan ke Purworejo malam itu juga. Namun, kini sepedanya dan dirinya dibawa oleh mobil pick up, karena malam yang kurang penerangan, sehingga tak memungkinkan dirinya untuk mengayuh sepeda lagi.
Penulis : Fadillah Akbar
Penyunting : Misbakhul Huda
Fotografer : Fadillah Akbar
Ilustrator : Ridho Alam Firdaus