Wacana Seni sebagai Sarana Pendidikan Inspiratif melalui ARTJOG MMXXIII

0
485
(bpmfpijar.com/Raehan)

Suara saron terdengar mengalun di pelataran Jogja National Museum dalam acara pembukaan ARTJOG pada Jumat (30/6). Pembukaan ARTJOG tahun ini yang bertajuk “Motif: Lamaran” dihadiri oleh beberapa tamu undangan, yaitu Goenawan Mohamad, Hilmar Farid serta Dian Laksmi Pratiwi selaku Kepala Dinas Kebudayaan Daerah Istimewa Yogyakarta. Pameran ini melibatkan 73 seniman yang terdiri dari 51 seniman dewasa dan 22 seniman anak. 

Tema yang diusung di ARTJOG tahun ini berkaitan dengan istilah dalam tajuk, yaitu “motif” yang berarti corak/pola. Namun, motif juga dapat diartikan sebagai tujuan atau dorongan seseorang dalam melakukan suatu tindakan. “Kalau saya menerjemahkannya sebagai metode, yakni metode dalam kurasi ARTJOG,” ucap CEO ARTJOG, Heri Pemad. Menurut Heri, tujuan setiap seniman dalam berkarya berbeda-beda. Kata “motif” tersebut diartikan sebagai gambaran para kurator untuk mencari motif berkarya dari para seniman yang sesuai dengan proses dan mekanisme kuratorial ARTJOG. 

Dalam sambutannya, Dian menyebutkan bahwa Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) mendukung penuh pelaksanaan ARTJOG agar menjadi suatu acara yang layak untuk skala internasional. Selain itu, melalui Dian, Sri Sultan Hamengkubuwono X selaku gubernur DIY menitipkan pesan agar ARTJOG dapat terus memberikan semangat dan dampak positif. “Beliau berharap bahwa ARTJOG akan terus berjalan lancar dan sukses, memberi sumur inspirasi bagi mereka yang memiliki passion di bidang seni untuk terus berkembang,” tambah Dian.

Tak jauh berbeda dari tahun sebelumnya, ARTJOG tahun ini menghadirkan program ARTJOG Kids. Program ini diadakan sebagai wadah untuk memfasilitasi kreativitas anak-anak. Hasil karya anak-anak turut dipajang untuk menghadirkan perspektif unik dan mewujudkan inklusivitas dalam ARTJOG. “Agar anak-anak punya pemahaman kritis dan pandai, salah satu jalannya adalah dengan menikmati kesenian sejak usia yang sangat dini,” ucap Hilmar. Menurutnya, jika sejak awal anak-anak sudah diperkenalkan dengan karya seni, hal itu akan membangun sebuah sikap kritis yang akan dibawa sampai dewasa. 

(bpmf.pijar/Raehan)

Selain terdapat program ARTJOG Kids, ARTJOG kali ini juga membuka ruang bagi seniman muda terbaik berusia di bawah 35 tahun melalui Young Artist Award (YAA). Hal ini dilakukan sebagai wujud apresiasi kepada kiprah para seniman muda dalam berkarya dan berekspresi. Proses pemilihan penghargaan tersebut diwakili oleh juri yang terdiri dari Agung Kurniawan, Sudjud Dartanto dan tim kurator ARTJOG. Tahun ini, YAA dianugerahkan kepada 3 seniman muda, yaitu Audya Amalia, Condro Priyoaji, dan Yosep Arizal. Agung berujar bahwa penobatan YAA juga didasarkan pada bagaimana seniman mampu memberi pengaruh di kelak hari. “Sebab, bagaimanapun juga, seorang seniman tidak hanya ditentukan dari talentanya, tapi yang tak kalah penting adalah bagaimana atmosfer kesenian di sekitarnya membuatnya menjadi seniman yang tangguh,” ucap Agung.

Selaras dengan itu, Goenawan Mohamad dalam orasinya turut mengapresiasi banyaknya generasi muda yang terlibat dalam penyelenggaraan pameran ini. “Saya terharu melihat kurator yang kebanyakan anak-anak muda,” ucap Goenawan. Baginya, hal inilah yang memberinya harapan kepada dunia kesenian saat ini. “Karena harapan itu tidak dibentuk dari janji, tapi dari perbuatan yang baik, dan praktis kesenian membentuk harapan,” ujarnya. 

Goenawan juga berpendapat bahwa dunia seni itu baginya keras, terutama di Indonesia. Menurutnya, seni di Indonesia sudah memiliki SDM dan daya kreativitas, tetapi ekosistemnya belum cukup mendukung. Hal itu, bagi Goenawan, disebabkan oleh ketiadaan museum seni rupa di Indonesia. “Dengan adanya museum, seni dapat diakses oleh publik dengan mudah, sehingga bukan koleksi pribadi,” ucap Goenawan. Ia juga berujar bahwa komersialisasi pun penting untuk memajukan dunia seni di Indonesia yang beberapa tahun terakhir ini berkurang. “Yang juga kurang dalam ekosistem seni itu adalah kritik. Kritik selalu diartikan mengecam. Kritik tidak diartikan sebagai membahas dan menerima apresiasi,” tambahnya.

Menanggapi orasi Goenawan, Hilmar mengharapkan dengan adanya ARTJOG akan memberi dampak positif bagi lingkup seniman, pecinta seni, dan hingga dunia pendidikan. Ia berharap Kemendikbud mampu membaurkan karya-karya seni ke dalam pendidikan Indonesia. “Bagaimana caranya kita mampu mengintegrasikan karya-karya seni ini untuk diapresiasi oleh anak sekolah, yakni dengan masuk dalam pembelajaran kita,” ujar Hilmar. 

 

Penulis: Sukma Kanthi Nurani, Raehan Mahardika
Editor: Melvinda Eliana

Fotografer: Raehan Mahardika

LEAVE A REPLY