(bpmfpijar.com/Zufar Marsa Elmy) (magang)
Sabtu (23/1) Dewan Profesor Universitas Padjajaran (Unpad) menginisiasi Satu Jam Berbincang Ilmu (SaJaBi) secara daring via Zoom. SaJaBi kali ini mendiskusikan “Joe Biden: Relasi Pendidikan dan Kebudayaan US-RI”. Prof. Popy Rufaidah, selaku Guru Besar Fakultas Ekonomika dan Bisnis (FEB) Unpad hadir sebagai narasumber dibersamai Susi Dwi Harijanti sebagai moderator.
Mengawali diskusi, Popy membicarakan keterpilihan Joe Biden sebagai Presiden Amerika Serikat dalam bidang Pendidikan dan Kebudayaan. Biden, ujar Popy, baru mengeluarkan 30 Executive Order (Perintah Eksekutif) yang membatalkan kebijakan Presiden sebelumnya. “Sangat menarik ketika Amerika Serikat tengah mengalami euforia pemilihan Presiden, subsistem yang lainnya tetap berjalan,” ungkap Popy.
Setelah itu, Popy menjelaskan hubungan Indonesia dengan Amerika Serikat khususnya pada bidang pendidikan. Selama tahun 2015-2020, ada satu program yakni USAID SHERA – The Sustainable Higher Education Research Alliances. Kompetisi ini bertujuan untuk membentuk pusat riset kolaboratif. Delapan perguruan tinggi di Amerika Serikat menangani program ini bersama lima perguruan tinggi di Indonesia yang memenangkan kompetisi tersebut yaitu Universitas Indonesia di bidang Smart City, Institut Teknologi Bandung di bidang Battery for Transportation Technology, Universitas Padjajaran di bidang Public health and Infectious Disease, Universitas Gadjah Mada di bidang Affordable Energy for an Archipelago Nation dan Institut Pertanian Bogor di bidang Food Security and Self Sufficiency. “Ini merupakan suatu program yang sangat strategis sekali dan sangat diharapkan dari lima program yang telah terbentuk tadi dapat mengembangkan kolaborasi dengan perguruan tinggi yang lain,” imbuhnya.
Menurut Popy, tidak mudah membangun hubungan pendidikan dan kebudayaan dengan Amerika Serikat. “Amerika Serikat adalah negara yang besar sekali dan kolaborasi yang dikembangan antar negara sangat luas. Setelah ditelusuri, dalam konteks pendidikan, bila dibandingkan dengan sektor bidang lainnya, tidak begitu progresif,” paparnya.
Pada 2011, Indonesia Education Partnership berlangsung di Amerika Serikat dan US-Indonesia Higher Education Summit berlangsung di Indonesia. Namun, pada sepuluh tahun terakhir belum ada program lanjutan, “padahal kegiatan ini banyak menghasilkan buah pemikiran dan kerjasama yang strategis,” ujar Popy.
Kemudian, Popy menambahkan, kegiatan Partnership ini lebih sporadis dalam bidang pendidikan semata. Persiapan US-Indonesia Partnership dilakukan saat masa jabatan Presiden SBY. Pada saat itu, muncul beberapa kebijakan seperti: FIRST (Fulbright Indonesia Research in Science and Technology Program); USAID: HELM (Higher Education, Leadership Management and Policy) PRESTASI Scholarship; US-Indonesia Higher Education Summit 2011; Library Partnerships and collaboration (AIFIS).
Potensi relasi kebudayaan AS-RI, menurut Popy, sangat baik sebab di Department of State Amerika Serikat terdapat bureau education and culture affairs yang mendukung proses diplomasi budaya Amerika Serikat dan RI. “Pertanyaannya adalah potensi relasi pendidikan dan kebudayaan AS-RI akan seperti apa? Apakah akan mereplikasi yang sudah berjalan namun tentunya kita harus memikirkan potensi yang resiprokal,” ujar Popy memantik diskusi.
Esti Ismawati, peserta diskusi dan alumni USAID DBE, menanyakan kelanjutan USAID DBE. Popy mengatakan program ini diberikan untuk membentuk pelajaran dan pengajaran di wilayah-wilayah yang sudah ditetapkan. “Diharapkan setelah program ini terbentuk ada sumber-sumber yang dapat mempertahankan program tersebut agar dapat berjalan dengan baik, dan diharapkan alumni penerima manfaat tersebut secara sustainable melanjutkan program tersebut,” jelas Popy.
“Kesiapan Universitas di Amerika Serikat membuka cabang di Indonesia berpotensi,” ujar Popy menanggapi pertanyaan Arif mengenai kemungkinan tersebut. Bekerja sama dengan Washington Education International Council, Indonesia telah menyelenggarakan pertemuan dengan seratus universitas di Amerika Serikat untuk mempresentasikan kawasan pendidikan di Indonesia di tahun 2020.
Di akhir diskusi, Susi mengamini harapan dari Arif. KBRI, semoga dapat membuatkan platform untuk mempertemukan universitas-universitas di Indonesia dengan dosen-dosen Amerika untuk mengadakan kuliah tamu mata kuliah-mata kuliah di universitas di Indonesia.
(Chalfi Laroza/Pramodana) (magang)