Gemuruh suara beribu penonton meramaikan sekitar panggung pertunjukkan tari barong di Batu Bulan Bali, Sabtu (26/4), nostalgia setengah tahun silam. Gamelan musik khas Bali tetap menjadi penyambut datangnya pengunjung yang hendak menonton pertunjukkan. Masuklah dua orang wanita ke atas panggung dan membawakan tarian khas Bali dilator belakangi suara iringan musik Bali yang sedikit berbeda, guna menandakan acara dimulai. Kekaguman penonton kepada wanita yang mahir membawakan tarian indah tersebut ditutup dengan suara tepuk tangan yang meriah, dan menghantarkan penari kembali menuju belakang panggung.
Iringan musik khas tradisional Bali mulai dimainkan, terdengar santai. Disambut nada-nada tinggi yang mulai membuat tegang suasana pertunjukkan. Semakin tinggi dan semua penonton di kejutkan oleh kedatangan seorang laki-laki bertubuh besar, tampan tapi tampak garang dari balik panggung pertunjukkan. Sepertinya laki-laki itu adalah seorang petinggi kerajaan yang dihormati. Dia ditemani seorang laki-laki biasa di belakangnya. Setia menemani.
Melangkahlah seorang Tuan dan pengawalnya ke arah panggung, dan sekejap suara efek nada tinggi pun merendah. Sontak dikagetkan dengan suara tawa yang menggelegar oleh sang Tuan. Kocak! Pengawal tiba-tiba berjalan dengan percaya diri mendahului Tuan serta menirukan suara tertawa Tuan tersebut. Sekejap Tuan berekspresi heran menatap pengawalnya dan membuat penonton tertawa. Sapaan hangat yang diucapkan oleh Tuan dan dialog lucu yang di perankannya bersama pengawal membuat penonton melupakan persepsi awal pada wajah garang yang dirautkan sang Tuan dan pengawalnya.
Bahkan mungkin penonton telah benar-benar tidak menghiraukan wajah garang sang Tuan karena sesekali Tuan menggoda penonton dengan merayu dan melempar beberapa alas kaki penonton yang dekat dengannya.
Di sela-sela cerita, datanglah kembali dua wanita cantik ke atas panggung, kedua wanita yang menari di awal pembukaan acara. Kedatangan wanita tersebut sekadar menawarkan jamu yang dijualnya dalam perannya sebagai tukang jamu. Ketika Tuan dan pengawalnya tersebut menggoda kedua wanita itu, tiba-tiba datang segerombolan laki-laki yang berperan untuk membawa pergi kedua wanita penjual jamu.
Konflik pun dimulai. Perkelahian pecah antara Tuan dan pengawalnya yang ingin melindungi kedua tukang jamu, melawan segerombolan yang ingin membawanya pergi. Karena keterbatasan tenaga sang Tuan dan pengawalnya pun tidak berhasil melawan segerombolan laki-laki yang datang. Kedua wanita penjual jamu berhasil ditangkap dan dibawanya kepada Tuan mereka. Sejenis perawakan manusia menyeramkan dan memiliki dua gigi taring yang disebut-sebut adalah Rangda, sosok yang suka menculik dan memakan manusia.
Ternyata benar dugaan saya, bahwa pemeran utama yang di tunggu-tunggu pun akhirnya muncul juga. Barong, dua orang yang menggunakan kostum hewan berkaki empat dan berwajah perpaduan antara binatang macan, singa, gajah dan sapi.
Ketika kedua wanita penjual jamu itu disekap oleh Rangda, Tuan dan pengawalnya meminta bantuan kepada Barong untuk membebaskan kedua wanita tersebut. Karena Barong adalah tokoh pemeran protagonis, maka tidak mungkin jika Barong tidak menolong orang lain.
Puncak cerita diselesaikan dengan kemenangan Barong yang telah berhasil mengalahkan Rangda serta anak buahnya dalam adegan yang ekstrem. Akhirnya, kedua wanita itu pun bebas.
Babak selanjutnya setelah Tuan dan pengawalnya membebaskan kedua wanita penjual jamu, para tokoh-tokoh pun kembali ke belakang panggung, dan Barong pun menyajikan tarian Barong yang telah dinantikan oleh para penonton.
Cerita Barong ini sering dipertunjukkan di panggung dan gedung yang sama maupun berbeda di Bali. Dalam setiap harinya ketika musim liburan sekolah, pertunjukkan ini berhasil mencuri ribuan perhatian pengunjung dalam setiap harinya.
Pertunjukkan ini baik dipertontonkan untuk kalangan anak-anak, pelajar, guna memperkenalkan budaya Bali di Indonesia. Tidak ada rasa bosan dalam menikmati pertunjukkan seni ini, di samping ceritanya yang seru, sebagian peran tokohnya juga lucu dan kocak. Sehingga, membuat kita semua dapat belajar dengan cara yang asyik.
Adegan terakhir, yang tak terlupakan, masuklah sosok yang memainkan peran sebagai kera. Datang untuk berbuat usil menggoda Barong agar dapat menunjukkan ekspresi sedih, bahagia, cemburu dan berbunga-bunga.
Rasa kagum saya tiada henti-hentinya kepada tokoh-tokoh yang berperan. Mereka mengenakan kostum-kostum berat, tetapi dapat menyampaikan cerita yang penuh makna di dalamnya. (Etty/Maqin)