Rahmayuna, dari Atlet Panjat Tebing Menuju Gelar Pemenang Obstacle Race SEA Games 2023

0
515
(bpmfpijar.com/Ariani)

Di balik kemegahan acara SEA Games 2023, terdapat kisah inspiratif seorang atlet yang berhasil mencuri perhatian dunia olahraga. Namanya Rahmayuna atau yang akrab dipanggil Yuna, alumni Filsafat UGM yang telah mengukir namanya dalam sejarah dengan meraih medali perak cabang olahraga obstacle race di SEA Games 2023. Yuna mengatakan bahwa, “Kalau masalah perasaan sudah pasti senang, karena ini event besar yang nggak disangka-sangka dan untuk cabor inipun Indonesia belum punya fasilitasnya dan kita bisa meraih dua perunggu dan satu perak untuk Indonesia.”

Kesuksesan Yuna tak datang begitu saja. Sebelumnya, Yuna sempat mendapatkan medali emas dalam perlombaan yang diselenggarakan oleh UGM, seperti SILVAGAMA dan PORSENIGAMA. Setelah itu, pada tahun 2015 Yuna menjadi atlet panjat tebing Sleman dan mengikuti Kejuaraan Daerah serta Pekan Olahraga Daerah (Porda) Yogyakarta. Berkat konsistensinya berlatih dari tahun 2015 hingga 2017, Yuna memberanikan diri untuk mengikuti Porda Jawa Tengah dan mendapatkan beberapa medali. “Aku meraih tujuh medali, yaitu tiga emas, dua perak, dan dua perunggu. Nah, dari situ awal karir panjat tebingku mulai terbuka,” tambah Yuna.

Selain itu, Yuna juga mengikuti ajang-ajang perlombaan bergengsi lain seperti Kejuaraan Nasional (Kejurnas), Olimpiade Tokyo 2020, Pekan Olahraga Nasional (PON), PON XX Papua, serta mengikuti Kejuaraan Asia pada tahun 2019. Walau dengan banyaknya prestasi yang ia peroleh, Yuna nyatanya kurang mendapatkan apresiasi dari pihak Fakultas Filsafat. Walaupun beberapa dosen memberi kemudahan dalam perizinan proses absensi, Yuna mengaku bahwa ada sebagian dosen yang tidak mengizinkannya mengikuti Kejuaraan Nasional. “Ya sudah, kamu ngapain mengikuti Kejurnas, tidak usah. Kamu presentasi saja,” jelas Yuna menggambarkan respon dosen ketika dia meminta izin.

Kurangnya dukungan yang dia dapatkan dari Fakultas Filsafat tetap tidak mematahkan semangatnya. Yuna berharap bahwa kedepannya pihak fakultas dapat memberi dukungan kepada mahasiswa yang memiliki potensi. “Sebenarnya aku pribadi juga tidak minta banyak, tetapi mahasiswa yang berprestasi pasti akan merasa tergolek apabila prestasinya tidak diapresiasi,” tambah Yuna.

Yuna mengaku bahwa dia tidak menyangka akan mengikuti cabang olahraga obstacle race pada SEA Games 2023. “Sebenarnya semuanya serba kebetulan, karena aku aslinya panjat tebing. Kebetulan kemarin itu lagi off untuk kompetisi panjat tebing. Nah, di akhir tahun kemarin aku direkomendasikan teman untuk ikutan seleksi obstacle race. Dan akhirnya aku ikut seleksi, setelah seleksi ternyata kecepatan ku memenuhi standar untuk kompetisi,” tambah Yuna. Setelah lolos seleksi akhirnya Yuna ditawarkan untuk bergabung dengan tim untuk mempersiapkan SEA Games 2023.

Persiapan untuk Sea Games 2023 dilakukan oleh Yuna beserta timnya di Tangerang dan kemudian Filipina. “Kemarin aku sempat latihan di Tangerang. Di sana ada beberapa Obstacle Republik, semacam klub obstacle race. Cuman memang nggak persis seperti yang di Kamboja, tapi ada beberapa rintangan yang mereka punya”, jelas Yuna. Latihan yang dijalani Yuna berupa lari dengan rutin, gym, dan tentunya latihan melewati obstacle.

Karena minimnya fasilitas di dalam negeri, Yuna dan timnya kemudian melanjutkan pelatihan mereka di Filipina. “Setelah itu, kami melanjutkan latihan di Training Center Filipina, karena kurangnya fasilitas di Indonesia. Dan menurutku kemarin dengan latihan Filipina, kita bisa lebih fix lagi dari segi gerakan, dari segi keberanian, dan kepercayaan diri,” pungkas Yuna. Persiapan yang dilakukan Yuna dan timnya berlangsung selama kurang lebih 6 bulan.

Walaupun masih tergolong baru dalam obstacle race, Yuna mengaku tidak menemui kesulitan yang begitu berarti dalam olahraga tersebut. “Kalau untuk rintangan dalam obstacle race nggak sulit, maksudnya masih bisa untuk dilewati, karena rata-rata tim Indonesia sudah punya basic dari panjat tebing, jadi kita dari kesiapan ototnya pun juga sudah siap. Dari segi power, tenaga, endurance sudah siap. Jadi, dari 12 obstacle yang ada di obstacle race masih bisa dilewati, nggak terlalu sulit,” ungkap Yuna. Kendati demikian Yuna menambahkan, resiko cedera dalam obstacle race lebih besar dibandingkan panjat tebing, hal itulah yang menjadi kesulitan bagi Yuna dalam olahraga ini.

Meskipun menemui beberapa rintangan, mulai dari kurangnya fasilitas di dalam negeri sampai resiko cedera yang tinggi, Yuna pada akhirnya tetap mampu membayar jerih payahnya dengan medali perak yang didapatkannya di SEA Games Kamboja 2023 . Hal ini tentu menjadi bisa menjadi motivasi baru bagi mahasiswa Filsafat UGM dan atlet muda khususnya yang memiliki ketertarikan akan olahraga obstacle race. Sosok Yuna yang pantang menyerah dan berani dalam mengambil pilihan baru dalam hidupnya sangat layak untuk dijadikan inspirasi.

Di sisi lain, dengan medali yang berhasil ditorehkan, Yuna punya aspirasi tersendiri untuk perkembangan olahraga obstacle race di Indonesia. “Dengan medali yang kita dapatkan kemarin, aku berharap olahraga ini bisa lebih dipromosikan. Aku sendiri akan mengenalkan olahraga ini ke junior-juniorku yang ada di Jogja. Karena kebanyakan orang masih belum mengerti obstacle race, ada miskonsepsi yang menganggap obstacle race dan Ninja Warrior itu sama, padahal itu 2 olahraga yang berbeda,” jelas Yuna. Selain itu, Yuna juga memberikan saran bagi pemula yang tertarik mengikuti olahraga obstacle race, “Aku nyaranin awali dengan latihan-latihan kecil, kayak yang untuk melatih kekuatan kaki, tangan, ketahanan, dan nafas.”

Penulis: Alfi Fernandes dan Noor Safira Zalfa
Penyunting: Angelina Tiara Puspitalova
Ilustrator: Ariani Eka

 

Tulisan ini sebelumnya telah dipublikasikan dalam Surat Kabar Pijar Edisi ke-24 tahun 2022 berjudul “Rahmayuna Fadillah, Atlet Berprestasi Minim Apresiasi”. Diunggah ulang dengan beberapa perubahan dan penambahan informasi.

LEAVE A REPLY