Nh. Dini hadir sebagai pembicara dalam peluncuran buku barunya Gunung Ungaran – Lerep di Lerengnya, Banyumanik di Kakinya di Auditorium Soegondo Fakultas Ilmu Budaya UGM. Acara yang berlangsung pada Sabtu (10-03) ini diprakasai oleh Keluarga Mahasiswa Sastra Indonesia (KMSI). Asef Saiful Anwar, alumnus Program Studi Sastra Indonesia UGM yang juga merupakan seorang penulis, memoderatori acara ini. Dr. Faruk Tripoli (Guru Besar FIB UGM) dan Prof. Dr. Suminto A (Guru Besar FBS UNY) turut hadir sebagai pembicara.
Dini mengatakan bahwa Gunung Ungaran merupakan buku kenangan atau novel otobiografi. Buku ini tak lepas dari peran sang Ibu yang mendorongnya semasa kecil untuk menuliskan kejadian yang ia alami di buku harian agar tidak dilupakan begitu saja. Sebagai tanda persahabatan, cerita-cerita di Gunung Ungaran ia hadiahkan kepada Rotari Klub Semarang Kunthi. Di bab terakhir buku, Dini menceritakan pengalaman terpenting dalam hidupnya, yaitu ketika ia diundang dalam penghargaan Ubud Life Achievment. “Ini yang membuat saya merasa ada yang menghargai kerja saya,” ujarnya.
Suminto berpendapat bahwa tulisan selalu menjadi wadah bagi kubangan makna. Menurutnya, meski novel ini otobiografi, tapi tidak semuanya berkisah tentang Dini. Tokoh Dini yang ada dalam cerita ini tetaplah menjadi tokoh fiktif. “Inilah bukti pentingnya pemalsuan yang dilakukan oleh pengarang,” ujarnya.
Namun, Faruk tidak menganggap novel ini sebagai otobiografi. “Saya lebih suka menyebutnya cerita kenangan. Karena kalau disebut dengan novel otobiografi justru menghilangkan perasaan yang terkandung di dalam ceritanya,” ujarnya
Di akhir acara, Dini menjawab pertanyaan hadirin tentang sikap feminismenya. Ia menerangkan sebenarnya feminisme pertama kali dicetuskan oleh laki-laki. “Seandainya di dunia ini yang berkuasa wanita, maka yang akan muncul pasti istilah maskulinitas. Saya tidak pernah menganggap diri saya feminis, itu orang lain saja yang menyebut saya feminis,” ungkapnya. Yang ia inginkan hanyalah keadilan di mana perempuan itu memiliki hak-hak yang sama dengan laki-laki. (Hanggara/Rananda)