“Tak bisa dipungkiri alasan kenapa ekspedisi ini menjadi sangat penting adalah bahwa salah satu anggota tim ini 30 tahun kemudian menjadi Presiden Indonesia saat ini,” ujar Risa Karmida selaku moderator ketika membuka acara Launching Buku Jokowi Traveling Story: Kerinci 1983 pada Kamis (11-04) malam. Acara ini bertempat di Kopi Gadjah, Sleman, Yogyakarta. Selain menampilkan Iqbal Aji Daryono salaku penulis buku, acara ini juga turut mengundang anggota tim Ekspedisi Kerinci Mapala Silvagama yaitu, Robertus Sugito (Ketua Silvagama tahun 1983), Joko Santoso (Ketua Ekspedisi), dan Arif Hidayat (Anggota tim ekspedisi) sebagai pembicara.
Garis besar buku ini menceritkan perjalanan Jokowi bersama Mapala Silvagama pada Ekspedisi Kerinci waktu itu. Buku ini juga dibuat untuk memperingati ulang tahun Mapagama ke-41 yang jatuh pada 16 April mendatang. Iqbal berpendapat bahwa salah satu hal yang menarik perhatian dari buku ini adalah adanya arsip formulir pendafataran Jokowi yang asli pada 26 Maret 1981. “Dokumennya ada di arsip Silva dan tanda tangan orisinil bena-benar yang belum diganti saat pembuatan kartu pelajar,” ungkap Iqbal.
Robertus Sugito (Gito) dan Joko Santoso (Joksan) menceritakan kesulitan tim pada waktu mengumpulkan dana untuk terwujudnya ekspedisi. “Kalau hanya proposal ekspedisi saja tentu nggak akan dapat sponsor, makanya kita memasukkan rencana observasi vegetasi dalam proposalnya. Kebetulankan juga jurusan kita kehutanan, jadi ya bisa sekalian merangkap penlitian,” tutur Joksan.
Akhirnya bermodal proposal tersebut, tim pun berhasil mendapatkan bantuan dana Rp640.000,00, dari Dinas Kehutanan Sumatra Barat yang dikirim lewat wesel pos, bantuan dari Perusahaan Gudang Garam senilai Rp150.000,00. Pada masa itu untuk sekali makan nasi ayam di warung sekitar kampus mahasiswa hanya perlu mengeluarkan uang Rp200,00 dan Rp 625.000,00 sudah bisa untuk membeli Honda Super Cup baru.
Satu penyesalan bagi semua anggota tim yang masih membekas hingga saat ini adalah mimpi naik Pesawat Herkules untuk berangkat ke Sumatra yang tidak terwujud. Pada masa itu moda tranasportasi udara masih sangat mewah dan tak terjangkau sama sekali untuk mereka. “Kita dulu punya ambisi, bagaiaman caranya mapala Silvagama jadi Mapala pertama di UGM yang bisa naik pesawat herkukes gratis,” tutur Joksan.
Sayang, karena kesalahan koordinasi dengan pihak Bandara Halim Perdanakusuma, Pesawat Herkules itu sudah berangkat satu hari lebih dulu sebelum tim sampai di Jakarta. “Saya masih ingat, saya sampai memukul-mukul tembok saking emosinya. Semua makian isi kebun binatang keluar semua dari mulut saya waktu itu,” kenang Joksan. Akhirnya tim terpaksa berangkat ke Sumatra menggunakan bus dari Jakarta.
Menurut Arif, Jokowi dari jadi walikota, gubernur hingga sudah menjadi presiden sifatnya tetap tidak berubah. “Yang tidak berubah dari mas Joko yang masih sangat kita rasakan memang sifat pertemanannya,” ujar Arif. Arif pun menuturkan kenangan mereka pada tahun 2013 ketika Jokowi baru dilantik sebagai Gubernur DKI Jakarta, semua anggota tim ekspedisi kerinci 1983 diundang untuk reuni dan kegagalan naik pseawat herkules menjadi guyonan mereka kembali.
Di penghujung acara Iqbal menambahkan bahwa dia tidak berhak memberikan tafsir bagi buku ini. Silakan langsung membaca bukunya saja karena dengan membaca buku itu akan menemukan langsung museum-museum hidup Jokowi.
“Memang ada banyak sekali cerita Pak Jokowi di situ yang bisa diambil untuk mengenal lebih dekat masa muda beliau,” pungkas Iqbal. Akhir acara ditutup dengan penandatanganan buku oleh setiap pembicara. (Hanggara/Sherin)