“Apa yang kita rencanakan belum tentu sesuai dengan realisasinya. Intinya, Tuhan yang menentukan,” ucap Siti Murtiningsih, Dekan Fakultas Filsafat, Universitas Gadjah Mada (UGM), dalam Hearing Dekanat, pada Rabu (8/10).
Dalam hearing tersebut, Forum Komunikasi (FORKOM) Fakultas Filsafat dan Lembaga Mahasiswa Fakultas Filsafat (LMFF) mengeskalasi beberapa isu, salah satunya mengenai pembangunan dan penggunaan ruang Sekretariat Bersama Fakultas Filsafat. Menurut Sigit Bagas Prabowo, Ketua Departemen Advokasi dan Kajian Strategis LMFF, permasalahan tersebut disebabkan oleh minimnya koordinasi dari pihak dekanat kepada mahasiswa selaku pengguna sekretariat tersebut. “Masalah ini berkaitan dengan tata ruang, jangka waktu pembangunan, dan mekanisme penggunaan sekretariat bersama,” jelas Sigit.
Menanggapi hal tersebut, Murtiningsih mengungkapkan bahwa pembangunan ruang sekretariat bersama belum selesai sehingga belum ada koordinasi lebih lanjut dengan mahasiswa. Menurutnya, pembangunan tersebut mengalami kendala perihal pendanaan. “Kita tidak sanggup jika harus single pendanaan,” ucap Murtiningsih.
Kemudian, terkait jangka waktu pembangunan, Agus Himmawan Utomo, Wakil Dekan Bidang Akademik dan Kemahasiswaan, menjelaskan bahwa keterlambatan pembangunan ini disebabkan oleh pandemi Covid-19. Akibat pandemi, menurutnya, Fakultas Filsafat harus mengalihkan aliran pendanaan untuk mendukung prasarana akademik. “Kegiatan mahasiswa tidak terpisah dari kegiatan akademik sehingga yang perlu diutamakan adalah kegiatan akademik,” jelasnya.
Selain itu, mengenai jangka waktu pembangunan sekretariat bersama, Agus mengungkapkan bahwa pembangunan sekretariat bersama tidak selesai tahun ini. Menurutnya, pembangunan tersebut akan selesai pada semester genap. “Kemungkinan akan selesai pada bulan Februari sampai Mei,” ungkapnya.
Lebih lanjut, terkait mekanisme penggunaan sekretariat bersama, Agus menjelaskan mengenai masalah ini. Menurutnya, untuk sementara mekanisme atau regulasi penggunaan sekretariat bersama belum ada. Hal itu, menurutnya, akan dibuat bersama mahasiswa ketika pembangunan sekretariat bersama sudah selesai. “Saat ini tidak ada mekanisme tersebut. Kita tidak ingin membuat aturan sendiri sehingga harus ada diskusi dengan mahasiswa,” ucap Agus.
Agus juga menambahkan bahwa penggunaan sekretariat bersama untuk saat ini hanya dapat digunakan sesuai dengan jam kegiatan perkuliahan. Artinya, sekretariat bersama dapat digunakan mulai 07.30-22.00 WIB. “Jika lebih dari jam perkuliahan maka harus ada izin dan urgensinya,” ungkapnya.
Senada dengan Agus, Hastanti Widy Nugroho, Wakil Dekan Keuangan Aset dan SDM, menambahkan bahwa untuk menggunakan sekretariat bersama, mahasiswa harus berkoordinasi dengan pihak akademik. Sebab, menurutnya, hal tersebut berkaitan dengan kepemilikan kunci yang tidak lagi dipegang oleh setiap ketua Badan Kegiatan Mahasiswa. “Ini menjadi PR besar. fasilitas universitas tidak diperkenankan jadi kos-kosan,” tambah Hastanti.
Sekretariat Bersama adalah Ruang Kami!
Gayuh Hana Waskito, mahasiswa Fakultas Filsafat angkatan 2021, mengeluhkan mekanisme penggunaan sekretariat bersama yang direncanakan oleh pihak dekanat. Menurutnya, akses untuk menggunakan sekretariat bersama tidak perlu dibatasi. Sebab, menurutnya, sekretariat bersama adalah ruang mahasiswa untuk berkumpul dan berdiskusi. “Liat, sekarang dikunci, kan? Kita tidak bisa menggunakannya untuk berdiskusi sewaktu-waktu,” keluh Gayuh.
Selaras dengan Gayuh, Vigo Joshua, mahasiswa Fakultas Filsafat angkatan 2021, menambahkan bahwa mekanisme yang direncanakan oleh pihak dekanat dapat menyempitkan ruang gerak mahasiswa. Ia juga menambahkan bahwa sedari awal sosialisasi yang dilakukan oleh pihak dekanat tidak menyentuh sampai ke bawah. “Selama ini pendiskusian mengenai sekretariat bersama ini tidak pernah menyentuh sampai ke ranah interpersonal,” jelas Vigo.
Selain itu, Farid Al-Qard, Koordinator Forkom Fakultas Filsafat, menjelaskan bahwa sedari dulu pembangunan sekretariat bersama ini ditolak oleh kalangan mahasiswa. Namun, menurutnya, akibat Pandemi Covid-19 rencana pembangunan tersebut lolos di forum. “Kita sebenarnya tidak paham dengan skema yang direncanakan oleh pihak dekanat terkait pembangunan sekretariat bersama ini,” jelas Farid.
Lebih lanjut, Farid mengatakan bahwa pembangunan sekretariat bersama ini, seakan menjadi pintu untuk mengontrol mahasiswa. Ia juga mengungkapkan rencana sentralisasi seluruh fasilitas fakultas di bawah kebijakan UGM. Padahal, menurutnya, tiap fakultas seharusnya mempunyai otonominya sendiri menyesuaikan dengan kondisi mahasiswanya.
“Aku sih membayangkan ada indikasi dekanat ingin memiliki kontrol lebih terhadap setiap kegiatan mahasiswa,” pungkasnya.
Penulis : Francois Rynasher M (Awak Magang)
Penyunting : Michelle Gabriela M
Fotografer : Kadek Dipa (kontributor)
Ilustrasi : Ariani