Mahasiswa UGM Gelar Aksi Solidaritas Terhadap Palestina

0
396
(bpmfpijar.com/Mulky)

 

(bpmfpijar.com/Mulky)

Selasa (21/5), Universitas Gadjah Mada Student Justice For Palestine (UGM SJP), menggelar aksi solidaritas terhadap genosida di Palestina yang dilakukan oleh Israel. Aksi ini berlangsung di pelataran Balairung, Gedung Pusat UGM. Rohim, selaku Koordinator Lapangan, menyampaikan tujuan utama aksi ini sebagai usaha untuk meningkatkan kesadaran mahasiswa UGM mengenai isu genosida yang berlangsung di Palestina. “Sebagai mahasiswa, kita wajib peka terhadap isu kemanusiaan dan tidak bisa diam saja terhadap genosida yang terjadi di Palestina,” tegasnya.

Kusuma, selaku Koordinator Umum, mengungkapkan bahwa aksi ini dilatarbelakangi oleh aksi bela Palestina di Universitas Columbia, Amerika Serikat. “Rasanya agak memalukan jika kampus-kampus ternama di Amerika, yang dikenal liberal, justru lebih lantang menyuarakan kepedulian terhadap Palestina dibandingkan dengan kita di Indonesia,” jelas Kusuma. Ia juga menambahkan aksi ini merupakan representasi dari gerakan global mahasiswa di seluruh dunia yang mulai berani menyuarakan kritikan terhadap tindakan Israel di Palestina. 

Kusuma menegaskan bahwa isu Palestina membutuhkan dukungan dari berbagai pihak, terlepas dari latar belakang mereka. “Kita menyadari bahwa Palestina merupakan isu yang memerlukan perhatian dan dukungan bersama dari seluruh elemen masyarakat,” ungkapnya. Ia juga menegaskan diperlukannya sebuah gerakan yang mampu menyatukan berbagai konsentrasi dan upaya tersebut, sehingga menghasilkan dampak yang lebih signifikan.

Aksi ini juga memberikan ruang bagi partisipan, baik mahasiswa UGM maupun dari komunitas bela Palestina di Yogyakarta untuk menyurarakan ekspresinya terhadap aksi ini. Anita, selaku partisipan yang menyampaikan monolognya di atas panggung, mengaku mulai tergerak hatinya supaya memperjuangkan kemanusiaan di Palestina setelah ia melihat unggahan foto di media sosial pada tahun 2016. “Awalnya, saya melihat foto seorang anak kecil berusia di bawah satu tahun yang mengalami luka parah dan tewas syahid akibat pengeboman.” ungkap Anita.

Lebih lanjut, Anita menyoroti kurangnya kesadaran masyarakat terhadap produk-produk yang mendukung Israel. “Salah satu hal yang ingin saya suarakan adalah masih banyak orang yang tidak menyadari bahwa produk-produk yang mereka konsumsi sehari-hari mungkin saja mendukung Israel,” tegas Anita. Ia juga berharap dengan menyuarakan hal tersebut, masyarakat dapat lebih sadar dan berhati-hati dalam memilih produk yang mereka konsumsi.

Senada dengan Anita, Khanza, selaku partisipan aksi solidaritas UGM Student justice for Palestine (SJP), mengungkapkan kehati-hatiannya dalam memilih produk konsumsi, termasuk produk dari Starbucks. “Saya pribadi mulai menghindari Starbucks karena kontribusi finansial mereka dengan Israel,” tukas Khanza. Menurutnya, hal ini diperlukan karena berdampak langsung terhadap pendapatan ekonomi di sana.

Melanjuti Zahra, Khanza yang juga termasuk selaku  partisipan dalam aksi tersebut, meyakini bahwa aksi ini akan meningkatkan kesadaran masyarakat luas. Menurutnya, aksi ini akan memberikan dampak yang besar, termasuk di lingkungan kampus UGM. “Melalui aksi ini, masyarakat akan semakin sadar bahwa dunia tidak dalam kondisi yang baik-baik saja,” ungkap Zahra.

Ahmad, selaku partisipan dari Fakultas Ilmu Sosial dan Politik (FISIPOL) UGM, menegaskan pentingnya aktivisme dalam merespons krisis di Palestina. Ia menyatakan bahwa aksi semacam ini menunjukkan bahwa semangat untuk membela Palestina masih hidup. Hal ini terlepas dari kenyataan bahwa mayoritas masyarakat Indonesia telah menyatakan anti-Israel dan pro-Palestina.

Ia juga menegaskan dirinya tidak hanya bisa diam saja ketika menyaksikan berita genosida di media dan ketidakadilan terhadap rakyat Palestina tanpa melakukan apa-apa. “Setiap pagi, ketika saya membuka laman berita, hal pertama yang saya lihat adalah bayi yang meninggal terlindas tank. Hal ini membuat saya hancur. Saya harus melakukan sesuatu untuk membantu rakyat Palestina,” tegas Ahmad.

Rohim, selaku Ketua Jama’ah Shalahuddin, menegaskan bahwa genosida yang terjadi di Palestina merupakan krisis kemanusiaan yang mendesak, bukan hanya persoalan agama atau kepentingan lainnya. “Korban di Palestina berasal dari berbagai agama dan tragedi ini harus diakui sebagai krisis kemanusiaan global,” tegas Rohim. Ia juga menuturkan aksi ini telah melibatkan seluruh elemen umat beragama di lingkungan kampus UGM.

(bpmfpijar.com/Mulky)

Aksi ini dilanjutkan dengan pernyataan tegas bahwa Indonesia mendukung kemerdekaan Palestina dan segala bentuk perjuangan rakyat Palestina, oleh Kusuma. Melalui pembacaan tersebut, Ia mengutuk keras segala bentuk penjajahan dan pelanggaran hak asasi manusia yang dilakukan Israel terhadap masyarakat Palestina. “Aksi ini, meskipun hanya secara moral, diharapkan dapat menyuarakan panggilan kemanusiaan untuk menghentikan penindasan Israel,” tutup Kusuma. Aksi ini kemudian diakhiri dengan pembacaan lima umat beragama di lingkungan kampus UGM. 

 

 

Penulis : Muhammad Iqbal, Fini Kezia, Sabrina Alexa
Penyunting : Angelina Tiara Puspitalova
Illustrator : Mulky Aulia

LEAVE A REPLY