Rektor Universitas Gadjah Mada (UGM), Panut Mulyono telah mengizinkan pelaksanaan Pembelajaran Tatap Muka (PTM) di seluruh fakultas dimulai setelah Ujian Tengah Semester (UTS) Gasal Tahun Ajaran 2021/2022. Namun, Siti Murtiningsih, Dekan Fakultas Filsafat UGM menyatakan bahwa di Fakultas Filsafat baru akan digelar pada semester genap mendatang.
“Sejak awal semester gasal lalu, kita (Fakultas Filsafat) sudah memutuskan bahwa hingga akhir semester ini pembelajaran masih dilakukan secara daring. Baru semester depan, kita siap melaksanakan kuliah bauran, yakni setengah luring dan setengah daring,” ujar Siti Murtiningsih pada Kamis (14/10) saat dihubungi BPMF Pijar melalui sambungan telepon.
Sosok dekan perempuan yang akrab disapa Murti itu membeberkan bahwa keputusan untuk tetap melaksanakan pembelajaran daring hingga akhir semester gasal ini didasarkan pada Surat Edaran Rektor Nomor 2681/UN1.P/SET-R/KR/2021. Jika mengikuti surat edaran yang baru per tanggal 4 Oktober 2021, kata Murti, maka hal itu tidak berjalan efektif karena semester ini tinggal beberapa bulan lagi.
“Dalam surat edaran terbaru itu, benar bahwa rektor menginstruksikan PTM dimulai setelah UTS berakhir, tepatnya tanggl 18 Oktober. Sementara semester gasal ini berakhir bulan Desember. Jadi, nanggung banget waktunya kalau diadakan PTM sekarang,” jelas Murti.
Lagi pula, sambung Murti, fakultas-fakultas lain yang berada di klaster sosial humaniora juga akan menerapkan kebijakan serupa. “Fakultas-fakultas sosial humaniora tampaknya juga sudah sepakat, jika perkuliahan secara daring akan diselesaikan sampai akhir semester ini,” tuturnya.
Menurutnya, urgensi untuk melaksanakan PTM di fakultas-fakultas sosial humaniora memang tidak cukup besar, sebab tidak ada pelaksanaan praktikum yang menuntut mahasiswa untuk datang langsung ke kampus. Sehingga, fakultas tidak memiliki alasan untuk terburu-buru melaksanakan pembelajaran tatap muka.
Sembari menunggu, Murti bersama jajaran Tim KBM Bauran akan terus mempersiapkan sejumlah fasilitas pendukung yang dibutuhkan. Untuk kesiapannya sendiri, Murti menyebut bahwa Fakultas Filsafat sudah mulai menyiapkan PTM sejak Surat Edaran Rektor tentang Panduan Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) Bauran itu pertama kali diedarkan. “Dari semester kemarin itu udah disiapin,” paparnya.
Persiapan ini, terkait dengan sarana dan prasarana teknologi yang akan digunakan, sistem pembagian daring dan luring, serta protokol kesehatan yang akan diterapkan. Untuk memantapkan persiapan ini, Fakultas Filsafat juga telah membentuk Tim Health Promoting University (HPU). “Semuanya sudah kami siapkan secara serius, sesuai dengan standar yang ditetapkan oleh rektor,” kata Murti.
Ketika ditanya persiapan yang lebih detail, misalnya terkait teknis mahasiswa saat PTM, jumlah kebutuhan tiap mata kuliah, dsb., Murti tidak bisa menjelaskannya lebih lanjut. Selain karena keterbatasan waktu untuk berbincang via telepon, Murti juga menyerahkannya kepada tim yang sudah menjadi bagiannya masing-masing untuk menjelaskan. “Untuk informasi selengkapnya, nanti bakal ada surat edaran juga dari fakultas kok, tunggu saja,” sambung Murti.
Rencana kegiatan PTM semester depan, kata Murti, pembelajaran dimungkinkan menggunakan skenario 50 daring dan persen 50 persen luring. Selain itu, mahasiswa yang berdomisili di Yogyakarta dan merupakan mahasiswa angkatan 2021 dan 2020 bakal diutamakan. “Namun, rencana itu memang belum sepenuhnya ditetapkan, masih mempertimbangkan perkembangan situasi yang terjadi,” jelas Murti.
Meski di semester ini Fakultas Filsafat masih akan melakukan kuliah secara daring, Murti memastikan bahwa kampus tetap buka dan melayani mahasiswa dengan keperluan tertentu. Misalnya, layanan perpustakaan dan fasilitas penunjang lain untuk mahasiswa semester akhir.
Tanggapan Mahasiswa dan Dosen terkait Kebijakan PTM
Agus Himmawan Utomo, yang akrab disapa Ahu, salah satu Dosen Fakultas Filsafat menilai bahwa apa yang menjadi keputusan Murti sudah tepat. Ahu menambahkan, PTM memang tidak bisa langsung dilaksanakan secara instan setelah surat rektor diedarkan, karena perlu persiapan yang benar-benar matang. “Sepanjang yang diputuskan sampai saat ini, Fakultas Filsafat masih sepenuhnya daring,” ungkapnya.
Sebaliknya, terdapat beberapa mahasiswa mengaku agak kecewa akan kebijakan PTM yang baru akan dilakukan semester genap mendatang. Gloria Bayu, Mahasiswa Fakultas Filsafat angkatan ’20 yang berasal dari NTT misalnya. Ia mengaku sudah datang jauh-jauh ke Yogyakarta dengan ekspektasi akan ada pembelajaran tatap muka setelah UTS. Namun, nyatanya ditunda lagi.
“Selain untuk melakukan kegiatan Ormada, tujuanku ke Yogyakarta juga sangat berharap untuk segera diadakan PTM,” tutur Bayu. “Ada ekspektasi lebih akan ada pembelajaran luring, atau minimal bauran lah setelah UTS.” Namun, ia juga tidak terlalu terkejut karena merasa bahwa pembelajaran luring hanya ditujukan kepada mahasiswa fakultas-fakultas sains dan teknik yang memang membutuhkan praktikum.
Berbeda dengan Bayu, Vigo Joshua, Mahasiswa Fakultas Filsafat angkatan ’21 justru menganggap bahwa ada urgensi untuk melakukan PTM bagi mahasiswa Fakultas Filsafat, sehingga ia berharap bauran agar secepatnya dilaksanakan. Ia juga menyayangkan bahwa fakultas tidak cukup terbuka dalam menyampaikan informasi terkait PTM.
Terutama bagi angkatan 2021 yang sama sekali tidak pernah melihat kultur pembelajaran di UGM. “Harus ada keterbukaan informasi dari dekanat terhadap mahasiswa, pun harus mendengar aspirasi mahasiswa guna evaluasi dan perumusan kebijakan PTM,” tandasnya. Vigo mengaku, selama ini sulit untuk mendapatkan informasi yang valid dari dekanat perihal kabar kampus.
Panut Mulyono sendiri sebenarnya tidak membatasi prioritas pada klaster-klaster fakultas, tetapi memprioritaskan mahasiswa yang sama sekali belum pernah mengikuti kegiatan di kampus, yaitu mahasiswa-mahasiswa UGM yang sejak diterima masuk UGM tetapi belum pernah ke kampus.
Panut meyakini perkuliahan yang diadakan daring selama pandemi memang masih mampu mendukung aspek akademik para mahasiswa. Namun, ia khawatir lama kelamaan akan berdampak negatif terhadap pembentukan karakter serta sikap mahasiswa dalam kehidupan sosial.
“Pembentukan karakter, dan lain-lain yang bersifat sosial akan ada yang kurang. Padahal nanti mereka akan menjadi pemimpin-pemimpin di Indonesia,” jelasnya pada Jumat (19/10), ketika ia memberikan sambutan di sela acara vaksinasi yang diadakan Kementerian Perhubungan di Grha Sabha Pramana (GSP) UGM.
Sebelumnya, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Riset, dan Teknologi telah mengizinkan PTM melalui Surat Edaran Nomor 4 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Pembelajaran Tatap Muka Tahun Ajaran 2021/202.
Per 4 Oktober 2021, pihak UGM menanggapi dengan mengedarkan Surat Rektor Nomor 6312/UN1.P/PIKA/PK/2021 yang menyatakan bahwa UGM akan melaksanakan Pembelajaran Tatap Muka (PTM) terkendali per 18 Oktober nanti, tepat setelah Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Level 3 berakhir. Meski demikian, keputusan sepenuhnya masih tetap berada di tangan dekan fakultas masing-masing.
Pemerintah Daerah (Pemda) DIY juga sudah mempersilakan Perguruan Tinggi (PT) untuk kembali menggelar PTM sejak awal Oktober lalu. Dilansir dari Suarajogja.id, hal ini ditetapkan karena kampus-kampus di DIY dinilai jauh lebih siap dalam menggelar PTM dibandingkan sekolah. Karenanya, pihak Pemda yakin pembukaan kampus tidak akan menimbulkan klaster penularan COVID-19.
Meski diizinkan, syarat dan ketentuan yang berlaku cukup ketat, seperti semua tenaga pendidik dan kependidikan harus sudah mendapatkan vaksinasi, minimal dosis pertama. Selain itu, sekitar 80 persen mahasiswa pun harus sudah diimunisasi, baik mahasiswa di luar maupun di dalam daerah. Sehingga apabila jumlah ini belum tercapai, baik Pemda atau pihak kampus wajib memfasilitasi.
Penulis: Dian Agustin
Penyunting: Haris Setyawan