Kembali Diselenggarakan Secara Luring, Artjog MMXXII Mengusung Tema Kesadaran dan Inklusivitas

0
706
Suasana Seremoni Pembukaan oleh Heri Pemad, Direktur Utama ARTJOG MMXXII “Expanding Awareness” di Jogja National Museum (bpmfpijar.com/Parama)

Setelah dua tahun diselenggarakan secara daring akibat pandemi COVID-19, tahun ini ARTJOG MMXXII diselenggarakan kembali  secara luring, Kamis (7/7). Bertempat di Jogja National Museum (JNM), event pameran seni terbesar di Jogja tersebut resmi dibuka hingga tanggal 4 September 2022.  

Heri Pemad, Direktur Utama ARTJOG, menyampaikan apresiasi setinggi-tingginya kepada berbagai elemen yang terlibat dalam penyelenggaraan ARTJOG tahun ini, khususnya para seniman yang bekerja keras demi menghadirkan karya seni terbaik mereka. 

Heri juga menyampaikan harapannya untuk terus merawat semangat ARTJOG tahun ini dengan menjadikan kesadaran sebagai pijakan dalam pelaksanaan ARTJOG yang akan datang. “Berbicara tentang inklusivitas yang menjadi topik pameran ARTJOG pada tahun ini, diharapkan dapat menjadi pijakan untuk pelaksanaan ARTJOG yang akan datang,” ujar Heri.

ARTJOG MMXXII ‘Expanding Awareness’ Sebagai Penutup Seri ARTJOG Arts-in-Common
(bpmfpijar.com/Parama)

Tahun ini terasa spesial, selain karena diselenggarakan secara luring, ARTJOG MMXXII mengusung tajuk “Expanding Awareness” sebagai penutup seri ARTJOG arts-in-common. ARTJOG arts-in-common sendiri merupakan tema besar yang membingkai rangkaian pameran triplet tematik ruang, waktu dan kesadaran. 

Pada tahun 2019 lalu, ARTJOG mengusung tema “Common Space” sebagai pembukaan seri arts-in-common. Tema ini diharapkan tidak hanya terbatas pada ruang fisik atau bangunan saja, tetapi juga alam sampai dengan ruang virtual sebagai ruang hidup manusia.

Kemudian pada tahun berikutnya, Februari 2020, tim penyelenggara berencana mengangkat tema pameran yang bertumpu perihal ‘waktu’ dengan tajuk “Time (to) Wonder”. Namun, pada bulan Maret setelahnya, Indonesia digegerkan dengan pandemi COVID-19 yang memaksa pihak penyelenggara ARTJOG membatalkan rencana awal dan mengadakan edisi khusus yang berjudul “Resilience”.

Akhirnya, pada tahun 2021, “Time (to) Wonder” baru terlaksana secara daring melalui berbagai platform virtual. Pameran ini berbicara mengenai sejarah berupa ingatan, peristiwa, dan warisan kekerasan yang ada dalam masyarakat Indonesia.

Tahun ini, sebagai penutup seri ARTJOG arts-in-common, pihak penyelenggara pameran mengusung tema kesadaran dengan tajuk “Expanding Awareness” sebagai upaya mewujudkan kesadaran kritis dalam realitas masyarakat. 

“Kesadaran yang kami maksud tidak hanya mengenai pengetahuan fakta atau kontemplasi atas kenyataan yang sekarang, tetapi juga mencakup ideal-ideal yang harus diwujudkan,” jelas Agung Hujatnika , Tim Kurator ARTJOG 2022.  

Arts-in-common sebagai tema besar yang merajut ketiga tajuk pameran ARTJOG selama beberapa tahun terakhir adalah sebuah konsep yang terlahir dari ide “The Common”. Ide ini sendiri merupakan upaya optimis perihal mewujudkan perluasan kesadaran yang akumulatif dan resiprokal antara seniman dan khalayak ramai dengan menghadirkan refleksi atas realitas saat ini dan masa depan, serta harapan-harapan yang harus diwujudkan guna mendukung kesenian yang inklusif.

Menurut Agung, ide tersebut adalah sebuah khazanah atau repositori dari berbagai pengetahuan, benda, sumber daya material maupun immaterial yang tercipta baik secara individu maupun kolektif dan dapat diwariskan dan dimanfaatkan bersama.  

“ARTJOG melihat bahwa ekspresi kesenian pada dasarnya adalah suatu manifestasi dari kreativitas. Bagi kami, kreativitas adalah sumber daya manusia yang paling manusiawi yang seharusnya menjadi pengetahuan milik bersama,” jelas Agung. 

Pesan semangat inklusivitas dan kolektivitas yang terdapat pada arts-in-common menegaskan bahwa ARTJOG tidak hanya melulu berbicara tentang ‘kesenian untuk semua’, tetapi juga semangat akan upaya untuk mewujudkan sebuah dunia yang penuh dengan nilai kebersamaan.

Penulis : Gayuh Hana Waskito

Penyunting : Roni

LEAVE A REPLY