“Anda berisik maka anda ada,” ujar RR. Siti Murtiningsih, wakil dekan bidang akademik dan kemahasiswaan dalam Hearing dekanat yang diselenggarakan oleh Lembaga Mahasiswa Fakultas Filsafat (LMFF) di Audiorium Fakultas Filsafat UGM pada Kamis (22/8). Selain Murti, perwakilan dekanat yang hadir adalah Arqom Kuswanjono, dekan Fakultas Filsafat, Sudarma, kasi akademik dan kemahasiswaan, Septiana Dwiputri Maharani, wakil dekan bidang penelitian, pengabdian, kerjasama, dan alumni, Dian Titisari kasi umum, keuangan, dan sumber daya manusia, serta Zainal Mustofa, kepala kantor administrasi. Acara ini dimoderatori oleh Amelia Puspita, kepala divisi sosial masyarakat LMFF.
Ditemui sebelum acara, Amelia mengatakan bahwa Hearing dekanat kali ini dipercepat–mulanya dilaksanakan di bulan Septemper—karena dirasa tidak adanya keterlibatan mahasiswa dan sosialiasi yang kurang dalam penentuan kebijakan di Fakultas Filsafat akhir-akhir ini. Empat tema besar yang diangkat adalah sarana dan prasarana, birokrasi akademik, tenaga pengajar, dan transparansi keuangan.
Ketika membuka acara, Arqom menyatakan bahwa permasalahan yang ada sebaiknya tidak dibawa keluar, sebisa mungkin diselesaikan dengan cara kekeluargaan.
Dialog dibagi ke dalam beberapa termin. Yogi, mahasiswa angkatan 2016, memulai sesi dengan menanyakan urgensi Philogym, gimnasium baru yang bersisian dengan toilet laki-laki di selasar Fakultas Filsafat. Permasalahan seputar Philogym juga diutarakan oleh Fachri, mahasiswa angkatan 2016 yang menyatakan, “Philogym hadir seperti sihir, dalam semalam bisa ada”.
Menjawab permasalahan terkait Philogym, Arqom mula-mula memaparkan hasil riset perihal kesehatan dosen, karyawan, dan mahasiswa di UGM. Dalam riset yang dilaksanakan oleh peneliti dari Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat dan Keperawatan disebutkan angka kematian yang masih tinggi di lingkungan universitas. Selain itu, Fakultas Filsafat telah kehilangan banyak dosen karena masalah-masalah kesehatan. Phylogym dan anak tangga di Gedung A yang bertuliskan jargon-jargon kesehatan merupakan upaya untuk meminimalisir permasalahan kesehatan bagi civitas akademika Fakultas Filsafat. Arqom menambahkan bahwa, “Kita (kampus) tidak bisa hanya memikirkan hal akademis saja, tapi juga masalah kesehatan”.
RR. Siti Murtiningsih, wakil dekan bidang akademik dan kemahasiswaan Fakultas Filsafat mengharapkan Hearing dekanat menjadi rutinitas dua bulanan di kampus. Sebab menurut Murti, perhatian mahasiswa terhadap kampus perlu disampaikan dengan baik.
Di termin terakhir, Azhar Jusardi Putra, mahasiswa angkatan 2016, menanyakan perihal transparansi keuangan. Transparansi keuangan masih belum ada meskipun sudah ada PTN-BH. Menurut Jusardi, hal ini menyebabkan penurunan kepercayaan di kalangan mahasiswa terhadap dekanat. Ia mempertanyakan pula kebijakan dekanat saat memberi bea maksimal bagi penerima bidikmisi yang habis masa pembiayaannya menurut peraturan menristekdikti pasal 6 dan 7 Nomor 22 tahun 2015.
Bidikmisi masih menduduki rangking pertama di antara golongan UKT di Fakultas Filsafat, dalam penjelasan Murti. Fakultas Filsafat senantiasa menentang penurunan persentase pemeroleh bidikmisi oleh rektorat, meski sementara ini universitas terus mengevaluasi program pembebasan biaya ini. Jumlah penerima bidikmisi yang tinggi menyebabkan dekanat perlu mengaturpengeluaran dengan awas di Fakultas Filsafat.
Arqom menjelaskan bahwa penerimaan dan pengeluaran dalam Rancangan Keuangan Fakultas Filsafat merupakan total seluruh pembiayaan Fakultas Filsafat. Keuangan dalam Fakultas Filsafat jauh sekali di bawah fakultas-fakultas lain,. Ia diakhir sesi juga menyarankan pertanyaan seputar keuangan bisa ditanyakan langsung di lain waktu pada Agus Himawan Utama, wakil dekan bidang keuangan, yang tidak dapat hadir pada acara kemarin.
Murti menambahkan pula perihal penururan UKT memerlukan kepantasan, prestasi akademik, saat memberi surat rekomendasi sebagai pertanggungjawaban dekanat pada rektorat. Lantas, pemberian keringanan bukan persoalan kesanggupan melainkan disiplin dan kesadaran diri seputar aturan main yang tertera. Murti menuturkan bahwa aduan-aduan pada acara hari ini akan ditindaklanjuti.
Sepanjang acara, pihak dekanat dan mahasiswa kerap kali memberi apresiasi pada LMFF karena telah menyelenggarakan pertemuan. Amel menutup Hearing dekanat dengan mengingatkan supaya tidak mengulangi permasalahan seperti pertemuan sebelumnya yang hanya selesai di acara. Ia menganggap perlu adanya keberlanjutan dalam penyelesaian isu. (Pramodana/Sherin)