Dilansir dari laman resmi Fakultas Filsafat, Universitas Gadjah Mada (UGM), menyebutkan bahwa kenyataan perihal ilmu filsafat yang mempunyai kedudukan sentral dalam khazanah ilmu pengetahuan menjadi dasar berdirinya Fakultas Filsafat, UGM, pada 18 Agustus 1967 lalu. Kini, hari demi hari bergulir, tahun demi tahun berganti, Fakultas Filsafat telah menginjak usia ke-55 tahun.
Dalam rangkaian acara Dies Natalis ke-55 ini, Fakultas Filsafat mengusung tema “Kecerdasan Buatan dan Masa Depan Kemanusiaan” sebagai usaha mempertanyakan kembali hakikat kemanusiaan di tengah dimensi artifisial teknologi yang lambat laun menubuh, mempengaruhi, dan mendominasi kehidupan manusia. Rangkaian acara tersebut dimulai pada bulan Mei lalu dan puncaknya pada Rapat Senat Terbuka yang diselenggarakan secara luring bertempat di Ruang Persatuan, Fakultas Filsafat, Kamis, (18/8).
Dalam Rapat Senat Terbuka ini, Rangga Kala Mahaswa, ketua panitia Dies Natalis Fakultas Filsafat ke-55, menyampaikan bahwa tema yang diusung Dies Natalis tahun ini merupakan salah satu roadmap dari Tri Dharma Fakultas Filsafat. Lebih lanjut, Rangga mengungkapkan bahwa tema ini adalah usaha Fakultas Filsafat merespons persoalan-persoalan kontemporer, misalnya destruktif teknologi.
Selepas pembukaan dari ketua panitia Dies Natalis Fakultas Filsafat ke-55, Dr. Rr. Siti Murtiningsih, dekan Fakultas Filsafat, menyampaikan laporan dekan Fakultas Filsafat tahun 2021-2022.
Dalam laporan tersebut, Murtiningsih menyebutkan bahwa pandemi Covid-19 yang masih terjadi di Indonesia memengaruhi berbagai kegiatan di lingkungan Fakultas Filsafat dan hal tersebut berimbas terhadap pengelolaan keuangan Fakultas Filsafat. Berkenaan dengan hal tersebut, Murtiningsih mengatakan bahwa Fakultas Filsafat akan melakukan evaluasi pengelolaan keuangan tiap triwulan.
Setelah laporan dekan yang disampaikan oleh Murtiningsih, Rapat Senat Terbuka dilanjutkan dengan pidato ilmiah oleh Dr. Agus Himawan Utomo. Dalam pidato tersebut, Agus Himawan menyampaikan bahwa modernisme mengalami kesulitan dalam menangani kenyataan plural budaya, sebab moderenisme justru menyumbang krisis kemanusiaan, seperti ketidakbermaknaan terhadap Yang Ilahi, pengetahuan, dan kehendak bebas. “Nilai-nilai yang diwariskan dari generasi yang sifatnya perennial akan menuntun manusia mendapatkan makna dan kebahagiaan hidup,” ucapnya dalam pidato tersebut.
Bagaimana Filsafat Merespons Persoalan Masa Kontemporer?
Berkenaan dengan latar belakang tema Dies Natalis tahun ini, Rangga menuturkan bahwa sebelumnya tema Dies Natalis selalu dikaitkan dengan kenusantaraan, local wisdom, dan tradisi. Padahal, menurut Rangga, filsafat dunia saat ini sedang membahas perihal Filsafat Terapan. “Saat ini, filsafat harus bisa merespons persoalan-persoalan kontemporer, misalnya mengenai destruktif teknologi, transport teknologi, dan dampak teknologi terhadap permasalahan kemanusiaan, tetapi tidak serta merta meninggalkan local wisdom,” ucapnya.
Lebih lanjut, Rangga menyampaikan bahwa masalah peradaban diorientasikan kepada raksasa teknologi yang dinilai mampu menyelesaikan berbagai permasalahan peradaban dan menciptakan kesejahteraan manusia. Namun, menurut Rangga, masyarakat sering kali menanggalkan pertanyaan, “Dunia seperti apakah yang dibayangkan oleh umat manusia di masa depan?” sambungnya.
Bagi Rangga, pertanyaan semacam itulah yang harus dijawab oleh Filsafat. “Kecerdasan buatan adalah apa yang sedang manusia bangun dan masa depan kemusiaan adalah refleksi, serta spekulasi kritis yang harus manusia bangun,” ucap Rangga.
Dengan tema Dies Natalis tahun ini, Rangga berharap filsafat dapat menuju kepada refleksi dan spekulasi kritis tentang masa depan kemanusiaan. “Tema besar ini tidak hanya selesai pada acara Dies Natalis, saya harap tema besar ini dapat mengawali dan memantik baik dosen, tenaga pendidik, dan mahasiswa kedepannya,” pungkas Rangga.
Rapat Senat Terbuka Dies Natalis Fakultas Filsafat ke-55 berakhir pukul 12.00 WIB dengan pemotongan tumpeng sebagai bentuk syukur atas dinamika perjalanan Fakultas Filsafat hingga saat ini.
Penulis : Angelina Tiara Puspitalova
Penyunting : Michelle Gabriela Momole