Pada Sabtu (4-3), Badan Penerbitan dan Pers Mahasiswa (BPPM) Equilibrium mengadakan peluncuran Majalah BPPM Equilibrium Edisi 19 bertema “Marginalitas”. Acara bertempat di Djarum Hall, Pertamina Tower, Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Gadjah Mada (UGM). Tidak hanya peluncuran majalah, buku kumpulan cerita pendek berjudul Kelakar Dalam Candu, serta Sui Generis yang berisi hasil penelitian juga diluncurkan dalam waktu yang sama. Bincang-bincang seputar marginalitas dan kaum penyandang disabilitas juga diadakan dengan diundangnya tiga orang pembicara. Para pembicara menjelaskan pentingnya usaha menyelesaikan masalah marginalisasi dan mengajak masyarakat untuk peduli pada penyandang disabilitas.
Bincang-bincang diawali oleh Derajad S. Widhyharto, S.Sos. M.Si. yang membahas tentang marjinalisasi. Menurut dosen Departemen Sosiologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UGM ini, marginaliasi ialah proses pemutusan hubungan suatu kelompok dengan lembaga sosial utama yang berupaya untuk membatasi peran kelompok tersebut. Baginya, cara untuk menyelesaikan marginalisasi adalah dengan cara memarginalkan marginalitas, sehingga membebaskan kelompok tersebut. “Dimulai dari diri sendiri dulu, tidak mesti memaksakan orang lain,” ujarnya
Drs. Pramudya Hadi Prianto, M.Si, selaku Kepala Bidang Perlindungan dan Rehabilitasi Sosial, Dinas Sosial, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), juga memberikan opininya terhadap isu marginalitas. Menurutnya peran masyarakat dalam mengatasi marginalisasi, khususnya untuk penyandang disabilitas, sangat penting. Ia juga menjelaskan pentingnya pendidikan bagi penyandang disabilitas, “Pendidikan termasuk hak yang harus dicapai bagi penyandang disabilitas,” pungkasnya.
Selain dua pembicara tersebut, hadir pula Hariyanto, Ketua National Paralympic Commitee DIY yang berpusat di Solo, Jawa Tengah. Setelah menjelaskan sedikit tentang organisasi yang ia pimpin, Hariyanto menjelaskan pentingnya membangun stigma positif dan kesetaraan bagi penyandang disabilitas dalam olahraga. Ia berbicara banyak tentang difabel yang dianggap hambatan atau beban dalam aktifitas masyarakat. Menurutnya, setiap manusia memiliki hak yang sama dalam masyarakat, termasuk penyandang disabilitas yang kadang terabaikan haknya. “Padahal banyak kontribusi mereka yang membanggakan bagi keluarga dan bangsa, termasuk di bidang olahraga,” ucapnya. (Rif’at Amri)